5 kota besar terpadat di dunia
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah merilis data terbaru tentang kota-kota terpadat di dunia. Mari kita lihat kota-kota besar teratas berdasarkan jumlah penduduknya.
Italia
Pertama, pertumbuhan populisme sehubungan dengan kegiatan partai Bintang Lima mengancam stabilitas negara. Dengan dukungan lebih, partai tersebut dapat menggoyahkan posisi negara dalam dunia internasional.
Masalah kedua adalah perekonomian Italia, yang belum dapat sepenuhnya membaik setelah krisis dan saat ini mempunyai utang terbesar kedua di zona euro dengan utang terhadap PDB mencapai 133%. Hal ini menyebabkan negara rentan terhadap risiko tidak mampu melunasi utangnya.
Masalah-masalah dengan sistem perbankan negara tidak kunjung surut. Dalam beberapa tahun terakhir, bank mengalami sistem pengelolaan yang buruk, penipuan dan skandal.
Deutsche mengatakan sistem perbankan Italia juga mempunyai masalah permanen. Selama beberapa tahun ini bank telah menghadapi sistem pengelolaan yang buruk, penipuan dan skandal.
Inggris
Ada peluang Brexit akan menjadi katalisator untuk krisis keuangan global selanjutnya
Analis Deutsche Bank Jim Reid mengatakan bahwa terdapat beberapa persamaan antara Brexit dan Perang Dunia Kedua, saat tidak seorang pun memprediski akan terjadi perang, berminggu-minggu dan berbulan-bulan sebelum perang terjadi. Para investor memperkirakan kesepakatan tersebut akan terjadi, sementara perusahaan-perusahaan Inggris dan UE berpikir bahwa Brexit tidak akan terjadi sama sekali. Menurut Jim Reid dan timnya, jika Brexit berjalan buruk, hal itu akan memicu krisis baru.
ETFs
Situasi dalam pasar tengah berubah. Sekarang terdapat alat investasi baru seperti reksadana di pasar efek (ETFs).
Semakin banyak para investor yang memilih untuk berinvestasi dalam ETFs daripada dana yang dikelola secara aktif, yang dikaitkan dengan keuntungan yang lebih rendah dan biaya yang lebih tinggi.
Kepopuleran ETFs tengah tumbuh dengan cepat, namun tidak ada peluang untuk menguji ketahanannya. Hal ini membuat beberapa ahli bertanya-tanya apakah sektor ini dapat mengatasi koreksi pasar yang cukup besar.
Hal ini terutama benar mengingat bahwa ETFs dapat mendistorsi pasar dengan mendorong para investor untuk memasukkan uang ke dalam perusahaan.
Jepang
Negara ini tengah mencoba untuk mengatasi defisit anggaran yang besar, QE yang besar dan utang publik terbesar di antara negera-negara maju.
Pada saat yang sama, populasi Jepang menurun dan menua dengan lebih sedikit pekerja yang membayar tagihan dan lebih banyak orang tua yang memerlukan dukungan.
Deutsche Bank mencatat bahwa masalah terbesar yang dihadapi Jepang bukanlah hal baru. Namun hal tersebut dapat berakibat pada restrukturisasi utang, inflasi yang jauh lebih tinggi dan monetisasi utang.
Bank sentral dan pemerintah
Federal Reserve AS tengah menaikkan suku bunga dan memperlonggar neracanya, ECB mulai mengecilkan QE di zona euro, dan bank of England telah menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Dijuluki "Pelonggaran yang Besar" oleh Deutsche Bank, bank sentral di seluruh dunia tengah menarik diri dari kebijakan moneter yang sangat longgar. "Pelonggaran yang Besar" merupakan perjalanan menuju akhir yang tidak diketahui dan sejarah akan menunjukkan akan ada konsekuensi substansial dari langkah itu, terutama mengingat tingkat tinggi dari harga aset global," Reid menulis.
Para ahli menyoroti risiko yang mengkhawatirkan bahwa pemerintah di seluruh dunia saat ini tidak mampu menghadapi penurunan apapun, yang berarti bahwa krisis besar tengah menjulang.
"Dengan tingkat utang pemerintah yang yang meningkat sejak resesi terakhir, apakah para politikus dapat bertindak seagresif mungkin? Ia merasa bahwa kita berada di persimpangan jalan dan kemerosotan berikutnya dapat ditandai dengan peristiwa ekstrim yang diberikan kebijakan cul-de-sac yang nampaknya akhirnya tengah kita dekati," tim Deutsche Bank menuliskan.
China
Pelaku pasar tertarik dengan China karena negara tersebut merupakan negara dengan perekonomian terbesar di dunia dan perekonomian besar dengan pertumbuhan tercepat. Pada akhir 2015, kepanikan kecil muncul setelah saham China jatuh. Krisis tersebuh singkat, namun para ahli percaya China dapat menjadi sumber dari krisis keuangan selanjutnya, yang akan berdampak pada pasar global.
“Ekspansi kredit yang cepat karena permintaan yang tak terpuaskan akan pertumbuhan yang didorong oleh utang, diperparah oleh sistem bayangan perbankan yang sangat aktif, serta gelembung properti yang terus berkembang memicu kekhawatiran bagi para ekonom bahwa China pasti dapat melakukan pendaratan keras dan mengirim gelombang kejutan melalui pasar keuangan dunia, "Reid menulis.
Eropa, separatisme dan populisme
Meyyusul kemenangan Trump dan awal keluarnya Inggris dari UE, semakin jelas bahwa populisme akan membentuk landskap global dalam beberapa tahun mendatang.
Menurut Deutsche Bank, tingkat ketidakpastian akan tetap tinggi. "Sebelum dekade terakhir, satu-satunya peningkatan yang sebanding dalam populisme dimulai pada tahun 1920 dan mencapai puncaknya pada Perang Dunia II. Jadi meskipun populisme telah terbukti tidak dapat diprediksi dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan itu pasti meningkatkan risiko terhadap tatanan dunia saat ini dan dapat memicu krisis keuangan. di beberapa titik segera. "
Perserikatan Bangsa-Bangsa telah merilis data terbaru tentang kota-kota terpadat di dunia. Mari kita lihat kota-kota besar teratas berdasarkan jumlah penduduknya.
Banyak negara terkenal dengan tradisi pembuatan anggurnya, tetapi hanya beberapa yang memiliki infrastruktur wisata anggur yang berkembang dengan baik, yang semakin populer setiap tahunnya. Berikut adalah negara-negara yang menawarkan tur anggur terbaik di dunia saat ini.
Lampu yang gemerlap, hadiah buatan tangan yang unik, aroma roti jahe, dan anggur hangat—ini hanyalah beberapa hal yang menarik pengunjung ke pasar Natal Eropa. Jika Anda mencari tempat yang sempurna untuk membenamkan diri dalam semangat liburan, panduan ini akan mengarahkan Anda ke arah yang tepat. Berikut adalah daftar pasar Natal terbaik di Eropa versi majalah Forbes.