Minyak adalah prioritas bagi negara-negara Asia, dan Kuwait menjadi contoh utama. Kuwait Petroleum Corp., perusahaan terbesar di negara ini, berencana menginvestasikan 10 miliar dinar ($33 miliar) selama lima tahun untuk meningkatkan kapasitas produksi minyaknya. Manajemen perusahaan ini terus memperkirakan permintaan yang stabil selama beberapa dekade. "Kami berencana untuk melakukan investasi besar-besaran," ujar CEO Sheikh Nawaf Al-Sabah dalam sebuah wawancara. Investasi ini dilakukan "tidak hanya untuk mempertahankan kapasitas produksi kami, tetapi juga untuk meningkatkannya sesuai dengan strategi kami."

Pandangan optimistis Kuwait terhadap permintaan hidrokarbon sejalan dengan ekspektasi produsen minyak dan pelaku pasar lainnya. Namun, Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi bahwa konsumsi minyak akan menurun pada tahun 2030 karena peralihan ke kendaraan listrik dan sumber energi terbarukan.

Investasi Kuwait Petroleum Corp. di sektor bahan mentah merupakan bagian dari program investasi senilai 20 miliar dinar yang diluncurkan pada April 2024. Inisiatif ini mencakup semua aspek, mulai dari ekstraksi hingga petrokimia. Perusahaan ini menargetkan kapasitas produksi sebesar 3,2 juta barel per hari pada 2025. Pada 2035, target tersebut naik menjadi 4 juta barel per hari. "Pasar permintaan minyak — hingga 2050 dan seterusnya — akan tetap kurang lebih seperti saat ini," jar Sheikh Nawaf Al-Sabah.

Para ahli menempatkan Kuwait di antara 10 produsen minyak terbesar dunia, dengan produksi sekitar 2,5 juta barel per hari. Negara ini mengandalkan kenaikan permintaan, mengingat banyak ladang minyak di dunia mulai menipis, sementara kebutuhan akan lokasi produksi yang andal terus meningkat. "Anda perlu menggantikan setidaknya 3 juta barel per hari kapasitas produksi dari ladang yang ada di seluruh dunia setiap tahun," ujarnya. Itu berarti "membangun satu Kuwait baru setiap tahun."